Banyuwangi - Festival Kuwung yang berlangsung di RTH Maron, Kecamatan Genteng, Banyuwangi, sebuah ajang yang menjadi panggung pendidikan bagi pendidikan budaya dan kesenian lokal.
Festival ini bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga menjadi sarana edukasi yang menarik perhatian banyak pelajar untuk belajar tradisi seni dan budaya yang ada di Banyuwangi.
Festival Kuwung yang masuk dalam agenda Banyuwangi Festival 2024 ini disambut antusias oleh ribuan warga yang memadati sepanjang rute parade.
Panggung utama festival diisi pertunjukan seni budaya daerah yang memukau, seperti tari Gandrung, Kuntulan, Jaranan Buto, Jakripah, Barong, hingga Tari Bali.
Iringan gamelan dan angklung Banyuwangian yang dimainkan secara langsung menambah semarak suasana, mengiringi langkah ribuan penampil yang tampil elok dalam balutan kostum. Parade mobil hias dengan miniatur budaya daerah juga tak kalah menarik perhatian.
"Saya sangat antusias melihat festival ini, saya banyak belajar tentang tradisi seni dan budaya yang ada," kata Noverio, salah satu murid SMP Negeri di Genteng, Banyuwangi.
Tahun ini, Festival Kuwung mengusung tema "Peningset Cinde Sutro" yang bermakna keberagaman suku, agama, dan ras di Banyuwangi terikat menjadi satu.
Keberagaman tradisi ini ditampilkan yang terbagi menjadi lima distrik.
Distrik Banyuwangi dan kecamatan sekitarnya menampilkan tradisi "Jamasan", prosesi memandikan pusaka peninggalan Buyut Cungking Wongso Karyo, berupa Tombak Gagak Rimang.
Distrik Blambangan menampilkan tradisi "Baritan", upacara selamatan di sekitar sumber mata air sebagai wujud syukur dan permohonan hasil panen yang melimpah.
Selanjutnya Distrik Bangorejo menghadirkan tradisi "Pedut Tlatah Purwo", yakni doa dan ritual sesaji di Alas Purwo. Sementara Distrik Rogojampi menampilkan tradisi "Sangyang Tuwuh", ritual masyarakat Aliyan dengan tembang-tembang yang berisi harapan kebaikan.
Defile ditutup oleh Distrik Genteng dengan tradisi "Kawin Tebu", prosesi perkawinan dua batang tebu terbaik yang diibaratkan sebagai mempelai.
"Kuwung bermakna pelangi, yang menggambarkan warna-warni tradisi dan budaya Banyuwangi. Semua ini menghasilkan harmoni yang menjadi modal sosial membangun Banyuwangi," kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani saat membuka acara. (*)