Wisata

Tradisi Ider Bumi: Sebuah Perjalanan Menjelajahi Keyakinan, Budaya, dan Solidaritas Suku Osing

Tradisi Ider Bumi: Sebuah Perjalanan Menjelajahi Keyakinan, Budaya, dan Solidaritas Suku Osing

Faktabanyuwangi.co.id - Masyarakat Suku Osing Banyuwangi terus memelihara keyakinan akan keberadaan mitos yang menjadi bagian penting dari budaya mereka.

Ritual dan tradisi turun-temurun, seperti Tradisi Tumpeng Sewu dan Ritual Tari Seblang, menjadi bukti nyata kekayaan budaya yang dijunjung tinggi.


Di Desa Kemiren, salah satu basis utama masyarakat Osing, Tradisi Ider Bumi atau Barong Ider Bumi menjadi ritual tahunan yang tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Ritual ini merupakan ungkapan rasa syukur dan pengusir bahaya atas keselamatan masyarakat desa, yang rutin dilaksanakan setiap bulan Syawal, pada hari kedua Idul Fitri.



Menurut penelusuran, istilah "Ider Bumi" memiliki makna yang dalam. Kata "ider" bermakna berkeliling, sementara "bumi" merujuk pada jagat atau tempat berpijak. Dari sini, Tradisi Ider Bumi menjadi kegiatan mengelilingi tempat berpijak atau bumi, sebagai simbol penghormatan dan pengharapan akan keselamatan.



Tradisi ini sangat disambut oleh masyarakat Osing karena keterkaitannya dengan keyakinan akan keberadaan Danyang Dusun Kemiren, yang diyakini sebagai Buyut Cili. Meskipun cerita tentang Buyut Cili hanya berdasarkan keterangan lisan tanpa bukti otentik, namun mitos ini tetap dipegang teguh oleh masyarakat sebagai pedoman hidup.



Ritual Idher Bumi memiliki akar sejarah yang bermula pada abad ke-19, ketika Desa Kemiren dilanda Pageblug atau Blindeng, sebuah bencana yang menimbulkan ketakutan dan kerugian bagi masyarakat. Melalui inisiatif para sesepuh desa dan petunjuk dari mimpi, masyarakat mengadakan upacara slametan dan arak-arakan, yang akhirnya berhasil mengusir bahaya dan penyakit.



Seperti ritual lain di Banyuwangi, Tradisi Ider Bumi juga melibatkan pertunjukan seni yang memukau. Arak-arakan Barong Ider Bumi, yang dimulai dari ujung timur hingga ujung barat Desa Kemiren, menjadi momen penting dalam mengekspresikan syukur dan solidaritas masyarakat.



Ritual ini tidak hanya sebagai ungkapan rasa syukur, tetapi juga sebagai ajang mempererat kebersamaan antarwarga tanpa memandang status sosial. Dengan mengakhiri arak-arakan dalam selamatan bersama, masyarakat Suku Osing Banyuwangi menegaskan bahwa tradisi dan kepercayaan mereka tetap kokoh di tengah arus modernisasi. (*)