Wisata

Lestarikan Warisan Budaya dan Memperkuat Semangat Ramadan di Banyuwangi

Lestarikan Warisan Budaya dan Memperkuat Semangat Ramadan di Banyuwangi

Faktabanyuwangi.co.id - Salah satu ibadah di Bulan Ramadan untuk menyempurnakan puasa adalah Tadarus yang dilakukan setelah sholat tarawih. Tadarus adalah kegiatan membaca Al-Quran secara berulang-ulang dalam rangka memperbanyak amalan dan mendapatkan pahala.

Di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, ada tradisi yang sangat menarik diikuti oleh seluruh umat muslim yang sedang berada di ujung timur Pulau Jawa tersebut, yaitu tadarus Al-Quran raksasa di Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi.



Seperti tadarus-tadarus pada umumnya, ngaji dengan Al-Quran sebesar 1,5 x 2 meter ini dilantunkan setelah menunaikan ibadah Sholat Tarawih. Untuk pembaca Al-Quran seberat kurang lebih 4 Kwintal ini biasanya dilantukan oleh 7 Qori yang salah satunya juga seorang Kufat atau Hafidz Al-Quran.



"Jadi dari 7 qori Al-Quran raksasa ini terdiri dari, 1 qori ngaji, 2 qori penggeblat atau bagian membalikkan halaman Al-Quran supaya tidak robek dan qori sisanya nyimak dengan tenang," kata salah satu pengurus Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi.



Setiap malam para Qori ini bisa menyelesaikan bacaan Al-Quran hingga 3 Juz, yang bahkan selesai tidak sampai tengah malam.



"Terkadang selama bulan Ramadan para Qori bisa mengkhatamkan Al-Quran tersebut sebanyak 2 kali," imbuhnya.



Kegiatan tadarus Al-Quran raksasa di Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi dilaksanakan pada 1 hingga 27 Ramadan bertepatan dengan secara resminya Al-Quran raksasa ini diwakafkan kepada Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi yaitu 27 Ramadan 1431 Hijriyah, atau Ahad (Minggu), 5 September 2010.



Bagi anda yang ingin merasakan sensasi Tadarus menggunakan Al-Quran raksasa bisa mengikuti kegiatan tersebut di Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi. Namun tidak banyak masyarakat yang diizinkan untuk membaca Al-Quran raksasa ini. 



Meskipun dengan ukuran teks atau huruf yang jumbo sebesar 100 x165 centimeter, banyak jemaah yang masih kesusahan. Disamping sudah mahir dalam Makhraj dan Tajwid, dibutuhkan juga yang lantang suaranya, jadi tidak semua orang bisa membaca tapi semua bisa menyimak. (*)